Krisis Ideologi Perfilman Nasional Catatan kecil dari Indonesian Movie Awards 12 Mei 2007

Imron Supriyadi Bangkitnya kembali dunia perfilman Indonesia, yang ditandai Festival Film Indonesia (FFI) 2004, sudah barang tentu patut disyukuri oleh semua pihak. Paling tidak, setelah “tertidur pulas’ selama kurang lebih 10 tahun (1993–2003), dunia perfilman di Indonesia kembali menggeliat. Seiring dengan ini, semangat (ghirah) sineas Indonesia, juga turut bangkit, ditambah lagi dengan munculnya sineas muda […]

MORE
Sajak Buat Gadis Kecilku

Teguh S. Usis embun itu bermain di pelupuk matamu, gadis kecilku.ada di sana, sejak kau terjaga pagi tadi.ah, sudahkah kau bermimpi semalam?tentang boneka kelincimu. tentang gaun pestamu.atau, tentang apa saja. gurauanmu ajakku tersenyum, gadis kecilku.ada saja ceritamu yang lucu. aku tak tahan menggodamu.lalu, kau kejar aku dengan langkah kecilmu.kita sama-sama tertawa. lambaikan tangan mungilmu, gadis […]

MORE
Sonya

Abednego Afriadi Sonya, wajahnya biasa saja. Tak ada yang istimewa, jika dilihat sepintas. Namun luar biasa jika aku menatapnya lebih dalam. Bibirnya tipis, namun bagian bawahnya sedikit lebih ukurannya. Warnanya saja kemerah-merahan. Lesung pipitnya terlihat seperti lukisan alam di atas air. Lantas tercipta puisi-puisi yang maha cengeng. Matanya, oh matanya begitu sayu. Bulu matanya meliuk […]

MORE
Tentang Penulis Edisi 136

Imron Supriyadi, jurnalis Indonesia tinggal di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Abednego Afriadi, kelahiran Solo, aktif di Teater Teras Universitas Bantara Sukoharjo. Cerpen dan cerita anaknya dimuat di Solopos, Koran Sindo, Jurnal Sastra Pendar, Antologi Cerpen Joglo 2, serta di Majalah Pawon Sastra Solo.Teguh Satyawan Usis, lahir di Jambi, berprofesi sebagai jurnalis di Trans/7, sudah menulis […]

MORE
Sonya

Abednego Afriadi Sonya, wajahnya biasa saja. Tak ada yang istimewa, jika dilihat sepintas. Namun luar biasa jika aku menatapnya lebih dalam. Bibirnya tipis, namun bagian bawahnya sedikit lebih ukurannya. Warnanya saja kemerah-merahan. Lesung pipitnya terlihat seperti lukisan alam di atas air. Lantas tercipta puisi-puisi yang maha cengeng. Matanya, oh matanya begitu sayu. Bulu matanya meliuk […]

MORE
Duhai Sang Waktu

pintaku tak banyak, duhai sang waktu.benamkan saja aku ke dalam pusaranmu.biar mengalir lelah. biar tanggal penat. tak bisakah kau penuhi inginku, duhai sang waktu?sebentar saja, hanya sebentar.aku cuma ingin menganyam rindu,jadi permadani cintaku.lantas kutautkan pada sampiran pilu hatiku sungguh, aku tak ingin cengeng, duhai sang waktu.kalau pun ada air mata, biarlah hanya segaris di pipi.(perahumu, […]

MORE