kembali malam kepada kita
kembali malam kepada kita, tanpa nama,tanpa ketuk di pintu, di pesiangnya jelaga di kaca lentera-sebaris firman mengembun ketika bertanya kenapa,kau tak bisa berkata
MORESebuah Kata
Herry Sudiyono sebuah kata terlahir dengan pijar tanah berjalin di akar-akar yang mengintip kepada cahaya di luar, (tuliskan sesuatu, ucapmu, tuliskan apa saja bila kita tak lagi bisa)Nu, sungguh kita tak lagi bisa…
MOREdi beranda
selarik cahaya singgah di beranda ketika kau tertegun oleh sebuah kata yang purba –seperti terdengar derak patah, sesaat lalu kau memercik, larut pada cuaca
MOREPeradaban Setengah Kota di Prabumulih
BuRuli Percayalah. Kalau malam ini saya mengalami susah tidur, itu bukanlah karena house music remix yang sedang berdentam di sebelah rumah rumah emak kami di kawasan Prabusari, kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Tapi karena kegelisahan. Sebuah kegelisahan besar yang amat dan sangat mengganggu saya yang notabene asli ‘orang kota’ –telah dilahirkan juga dibesarkan di beberapa kota […]
MOREKe Filipina Aku Bepergian
Ani Mulyani Udara begitu panas dan matahari terasa amat menyengat ketika pertama kali kuinjakkan kaki di tanah kelahiran Ferdinand Marcos. Pesawat mendarat dengan mulus di bandara internasional Filipina Ninoy Aquino; dari Benigno –suami dari Presiden ke 11 Filipina, Corazon Aquino. Ninoy, sebagai politisi oposisi, dibunuh di bandara ini pada tahun 1983 sekembalinya dari Amerika Serikat […]
MOREPenulis Edisi 158
BuRuli(bungarumputliar), Guru TK yang magang bertani di Sukabumi Ani Mulyani, sambil bekerja ikut kuliah Jurnalistik di Universitas Moestopo Jakarta. Herry Sudiyono, pernah masuk Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung namun tidak selesai dan menerbitkan buku terjemahan puisi Alejandra Pizarnik. Kini tinggal di Yogyakarta.
MORE