Dali Figueres ke London – Liston P Siregar

Sebagai seorang wartawan yang biasa-biasa, aku merasa perlu bertanya sendiri ; kenapa Dali? Dan sebagai wartawan yang biasa-biasa pula, aku sudah terbiasa menyiapkan pertanyaan sambil mereka-reka jawabannya –supaya siap dengan pelor pertanyaan berikut.

Jadi, kenapa Dali?

Pertama, karya Dali terasa cukup akrab lewat cover album Yes, kelompok musik classic rock Inggris. Aku tak mau gegabah memvonis illustrator cover Yes, Roger Dean, meniru Salvador Dali –walau yakin seratus persen Dali yang lebih dulu muncul dengan fantasi seperti itu. Album cover Yes dengan burung raksasa, batu-batuan karang, kosong, angin, jauh dan asing ; sebuah negeri antah berantah yang seolah-olah pernah sesekali kita kunjungi lewat mimpi kita.

Kedua, Dali suka Emerson Lake and Palmer ELP, kelompok musik progressive rock, juga asal Inggris. Pernah dalam suatu konser ELP di Royal Albert Hall, London, Keith Emerson terganggu dengan orang yang berjoget gila-gilaan persis di depan panggung, dan belakangan malah berhantam. Kekesalan Emerson pun mencapai puncak; dia angkat keyboardnya dan dia lempar ke orang itu. Usai konser Emerson digeret ke kantor polisi dan barulah ia tahu kalau orang itu Salvador Dali.

Ketiga, banyak cerita yang berseliweran tentang kesintingan Dali, dan hampir semuanya bertema dasar perlawanan terhadap segala hal yang ditetapkan sebagai norma umum oleh sekelompok masyakarat yang disebut –atau mengaku-ngaku– sebagai kelas menengah. Begitulah terdengarnya ke kupingku.

Percampuran Yes, ELP, dan perlawanan membuat Dali jadi semacam pemimpin komunitasku.

Dan ketika istriku –yang selama setahun bekerja tiga hari seminggu dan tekun menabung– memutuskan liburan ke Barcelona, kami sepakat –dengan alasan masing-masing– untuk menetapkan Figueres –kota kecil kelahiran Dali sekitar satu setengah jam perjalanan kereta api dari Barcelona– sebagai salah satu tujuan utama, selain La Sagrada Familia-nya Antoni Gaudi dan pantai Barcelona.

Dan terik matahari tengah hari di musim panas yang membuat langkah kaki agak memberat dari stasiun kereta api Figueres ke Museum Salvador Dali, tidak melelehkan semangat –karena besar kemungkinan inilah satu-satunya kesempatan untuk melihat Museum Dali di kota kelahirannya.

Setelah melintas alun-alun kota Figueres, segera terlihat antrian pengunjung seperti ular sampai dua lenggokan. Dari ekor antrian, Museum Salvador Dali sama sekali tak terlihat, terhalang gereja tua tempat Dali dulu dibaptis. Aku perkirakan antrian dari segala bangsa ini akan makan waktu satu jam lebih.

Tapi hari itu tak ada yang diburu selain Museum Dali, dan panjangnya antrian makin meyakinkan memang ada sesuatu yang menunggu di balik sana. Setelah berdiri selama satu setengah jam lebih di bawah panas terik matahari dan sesekali terlindung di balik tembok tinggi gereja, aku, sambil tersenyum kecil, melangkah masuk ke museum milik seniman jenius gila, yang menyatakan diri sama dengan Tuhan.

Teatre Museu Dali diresmikan tahun 1974 di lokasi teater yang hancur pada akhir masa perang saudara Spanyol, dan Dali memilih lokasi ini karena di sinilah dia pertama kali menggelar pameran lukisan dan persis pula di sebelah gereja tempat ia dibaptis.

Begitu masuk museum, pengunjung langsung disambut mobil Dali dengan patung wanita gendut telanjang seukuran manusia berdiri di atas kap mobil. Di belakang mobil ada tiang berukir setinggi sekitar lima meter dengan puncak patung pria yang mengangkat perahu layar berukuran penuh. “Ini dia Dali,” pikirku.

Salvador Dali, seniman nyentrik multi media, lahir tangaal 11 Mei 1904 di Figueres, sebuah kota kecil sekitar satu setengah jam perjalanan kereta api dari Barcelona. Sejak kecil Salvador Dali sudah terkenal sinting. Dalam otobiografinya terbitan tahun 1942, The Secret Life of Salvador Dali, dia mengenang perilaku masa kecilnya yang tetap tidak bisa diterima oleh norma-norma sosial di abad 21 sekalipun.

Pada usia enam tahun, dia mengaku pernah mencakar punggung pengasuhnya, dan ketika semua orang keluar rumah untuk menyaksikan komet, dia malah menendang kepala adiknya jadi seperti bola, sedang pada usia lima tahun dia sudah mendorong seorang kawannya jatuh ke atas batu-batuan dari ketinggian lima belas kaki atau tiga meter. Kawan itu masuk rumah sakit berlumuran darah.

Kesintingan, atau tepatnya kejahatan Dali, mungkin lebih merupakan cerminan langsung dari energi fisik dan akal yang amat berlebihan, yang ketika menemukan mediumnya menjadi karya-karya dasyat yang tak terbayangkan. Sebuah lukisan besar selebar layar bioskop hanyalah salah satu contoh kecil saja. Di situ dia melukis badan pria raksasa dengan batok kepala retak yang menunduk, dan di dadanya ada pohon. Warnanya coklat tanah. Berdiri di depan lukisan raksasa seperti menghadap negeri antah berantah yang amat asing yang tak akan terjangkau selain, mungkin, di mimpi kita.

Dali adalah salah seorang tokoh penting Surealisme, yang untuk singkatnya bisalah dikutipkan dari Ensiklopedia Brittanica sebagai aliran seni yang menggabungkan mimpi dan fantasi dengan realitas untuk membentuk realitas yang absolut ; surealitas. Tapi surealisme Dali adalah yang revolusioner, antara lain dengan tiga unsur, yang sering muncul di karya-karya awal dan juga di karya puncaknya, yaitu jam yang meleleh, tongkat penopang orang pincang, dan kacang mete Spanyol.

Salah satu karya termashur Dali, The Persistence of Memory, menggambarkan jam yang meleleh di atas ranting pohon, tidak dipajang di Museum Figueres. Tapi di sini ada karya lain yang tak kalah termashurnya, yaitu sofa bibir Mae West, artis Amerika yang menurut Dali terkenal karena bibirnya, bukan ketrampilan berakting.

Di salah satu sudut tangga dari lantai dua ke lantai tiga, peredaran pengunjung terhenti sebentar karena ada patung tengkorak bertopi hitam dan jubah putih memanjang jauh ke bawah dengan kaki dua buah lampu. Patung yang digantung ini terasa menteror, walau aku tak tahu apa kira-kira artinya. Mungkin belasan tahun jadi wartawan menjuruskan aku lebih banyak ke alam pikir rasional dan linear sehingga tak bisa langsung menafsirkan hantu di depanku, sedang putriku Matta Kasih yang berusia empat tahun lebih bisa.

Menurut putriku -yang aku duga awalnya dia agak ketakutan dengan wajah tengkorak itu- kaki lampu untuk menerangi kegelapan supaya si tengkorak tidak takut.

Lantas di salah satu sudut lain Matta tertarik pada karya Dali berwarna pink berupa kursi diduduki gumpalan yang meleleh dan jari tangan keluar di atas gumpalan. “Ada es krim meleleh dan orang berteriak tolong-tolong di dalam es krim,” begitulah kata putriku Matta.

Kunjungan ke Museum Figueres ini merupakan bagian dari liburan keluarga dan sudah diagendakan kalau lima puluh persen untuk acara anak-anak, sedang lima puluh persen acara orang dewasa dan salah satunya ke Museum Dali, tapi ternyata putriku yang lebih mampu berkomunikasi dengan Dali.

Di Museum Figueres, kejeniusan Dali terlihat utuh dari mediumnya yang tak terbatas. Dali melukis, lantas dia juga berinstalasi dengan tempat tidur di tengah hutan yang disorot warna hijau daun, misalnya, atau membuat berbagai patung antara lain patung Kristus yang meleleh ketika disalib, lantas bermain perspektif dengan kotak-kotak warna dengan gambar seorang perempuan di pusat bingkai tapi sebenarnya wajah Abraham Lincoln, maupun lewat perabot atau kerajinan emas, dan sekaligus Dali adalah seorang illustrator hebat. Amat sulit menerima kenyataan kalau semua karya yang beraneka-ragam di Museum Figueres berasal dari satu orang. Sekelompok orang atau Salvador Dali?

Tahun 1940 Dali meninggalkan Spanyol dan tinggal di New York selama delapan tahun. Ketika berkunjung lagi ke New York tahun 1979, Dali memecahkan jendela kaca di salah satu pusat pertokoan dan sempat ditahan polisi, sekaligus jadi headline di koran-koran Amerika. Peristiwa ini kemudian dia lukis dengan cat air berjudul A Shattering Entrance to the USA. Lukisan ini, bersama 499 karya Dali lain, dipajang dalam pameran Dali Universe di County Hall London, persis di pinggir sungai Thames.

Keragaman koleksi yang dipamerkan di Dali Universe London membuktikan kembali kejeniusan Dali. Salah satu karakter Dali yang juga terasa di sini adalah tubuh manusia yang terdiri dari barisan laci. Ikut dipajang patung Buste de Femine Retrosprective, berupa patung wanita berukuran utuh dari leher ke kepala dengan kalung jagung dan topi dari roti. Jagung dan roti asli, sama seperti udang besar dalam karya Lobster Telephone. Patung ini, buatku, menjadi bukti nyata dari keunggulan Dali karena mengingatkan pada sejumlah patung-patung masa kini, termasuk salah satu karya seniman kontemporer Inggris Damien Hirst, walau sekali lagi tak kuat alasanku untuk menuding Damien mengambil inspirasi dari Dali.

Beberapa karya ilustrasi Dali dan kerajinan kaca ikut dipamerkan di Universe Dali. Juga patung Homage to Newton, yaitu patung hitam dengan kepala dan tubuh berlobang sedang tangan kanan memegang gantungan bola. Di balik seluruh fantasi Dali, ternyata dia pengagum berat Hukum Newton.

Dali juga menggambar kartu Tarot peramal nasib. Hanya satu set dan khusus untuk Gala, wanita keturunan Rusia yang mendampinginya sejak tahun 1929. Dali bertemu Gala yang waktu itu masih menikah dengan penyair Perancis Paul Eluard. Tahun 1958, Dali dan Gala akhirnya menikah di gereja. Pada masa itu Dali mulai menyentuh alam religius dan tahun 1973 dia menghasilkan karya Les Douze Tribes D’Israel yang terdiri dari dua belas lukisan cat air, antara lain tentang Isak, Simon, Musa, maupun Kristus.

Di London, 500 karya Dali dipajang berdesak-desakan –untuk efisiensi ruang– dalam kamar gelap dengan dinding hitam dan pencahayaan yang terfokus pada unit-unit tunggal pameran. Di London aku juga berkeliling tanpa bantuan penafsiran putriku. Hasilnya dua setengah jam berhadapan langsung dengan karya-karya Dali membuat kepala terasa agak pusing. Satu seri ilustrasi Dali di lorong menuju pintu keluar buru-buru aku lewati, takut membuat kepalaku semakin beputar-putar.

Di luar gedung pameran, di County Hall di pusat kota London, ada BMW convertible biru diparkir. Aku duduk sebentar di tangga menyaksikan BMW itu sebagai transisi kembali ke dunia nyata, walau masih dengan sisa-sisa terror : sekelompok orang atau Salvador Dali?
***
*. tulisan ini cuplikan dari Kenapa Dali