Penulis Edisi 189

Wien Pengembara, peraih anugerah Adiwarta Sempoerna 2008, sehari-hari bekerja sebagai Pemred Tabloid GayoLand. Rama Yunalis Oktavia, karyawan sastra, tinggal di Bekasi. Imron Supriyadi, tamatan Fakultas Usuhuluddin Jurusan Dakwah, IAIN Raden Fatah Palembang dan menjadi jurnalis hingga sekarang. Karya-karyanya dimuat di sejumlah surat kabar.__

MORE
Simpai Terlepas

Rama Yunalis Oktavia Terhanyut dalam perahu kertasMenyusuri riak laut tanpa batasTerayun dalam  gempuran ombak Membawa pesan perpisahanDalam guratan tinta kelamBeragam kata tak terperi Badan berlumpur liarTerbawa pulang ke haribaan menuju labuanSiraman air 7 warna menguliti Rasa yg hadir bertahunTerkubur dalam realitasMengunci rapat dalam kebisuan Jemu merasuki relung hatiMencabik semua tapak indahMembuka luka baru Lirih nyaris […]

MORE
Harusnya itu aku, Tuhan!

Harusnya itu aku, Tuhan!Ketika tangan tak berhenti menghadapMengapa kau palingkan itu padaku? Harusnya itu aku, Tuhan!Ketika lirih dan air mata bersahabat dengankuMengapa kau membuat genangan ini semakin besar? Harusnya itu aku, Tuhan! Ketika bibir tak berperi berharapMengapa kau menjauhkannya dariku? Harusnya itu aku, Tuhan! Dalam kelemahan diri ini aku menggugatMu***18/03/2010

MORE
Maling dan Ustadz

Imron Supriyadi Masa liburan semester. Aku tidak pulang. sedang Heri dan Bang Rahman sudah h lebih dulu mudik tiga hari sebelum masa libur tiba tiba. Empat pintu lain juga sepi. Semuanya pulang kampung. Aku sempat memutuskan mudik, tetapi tugas jurnalistik yang belum selesai, memaksa aku harus menahan diri tidak melepas rindu pada kedua orang tua. […]

MORE
Mata Elang, Temanku

Wien Pengembara Hari ini aku bertemu Mata Elang. Matanya masih setajam pisau, yang selalu diasah. Kilauan di matanya seakan tepat menikam  jantungku. Siapa sangka, sorot mata itu kulihat lagi. Sekian lama, takdir lewat celah-celah waktunya telah mempertemukan  kami. Aku seakan tidak percaya: benarkah sosok di depanku adalah Harun bin Sulaiman, si Mata Elang yang punya […]

MORE