Dokter Zhivago 9 – Boris Pasternak (alih bahasa Trisno Sumardjo)

disalin sesuai aslinya dari terbitan Djambatan, Maret 1960, dengan penulisan ejaan baru

Tempat bengkel adalah rumah berloteng satu dekat pojok Jalan Tverskaya. di bagian kota yang dimasuki jalan kereta api dari Brest beserta segala depo, gudang serta rumah dinas.

Dalam salahs atu rumah ini tinggallah Olya Demina, gadis berotak encer yang bekerja di bengkel Nyonya Guishar; pamannya adalah pegawai gudang. Ia murid cekatan. Ia pernah dikeluarkan oleh pemilik bengkel yang dulu, tapi kini ia mulai disayangi oleh pemilik yang baru. Olya suka sekali pada Lara Guishar.

Tak ada perubahan apa-apa sejak Levitskaya, mesin-mesin jahit mendengkur amat kencang, dipanjat kaki para penjahit yang letih atau digerakkan tangan yang seliweran. Di sana sini duduk seorang perempuan di meja, menjahit tenang dengan sapuan lebar dari lengannya, ketika ditariknya jarum serta benang yang panjang. Lantai dikotori cabikan-cabikan kain. Orang harus bicara keras, kalau ingin suaranya terdengar di atas kerisik mesin-mesin serta nyanyi siulan Kyril Modestovich, burung kenari dalam sangkarnya di jendela; pemiliknya yang dahulu telah membawa serta ke kuburnya rahasia nama ajaib burung itu.

Di kamar tamu, para wanita mengelompok dalam kumpulan yang menarik di sekitar meja yang ditimbuni majalah-majalah mode; mereka berdiri, duduk atau mengelai-ngelai dalam berbagai sikap yagn mereka tiru dari gambar-gambar mode itu, sambil membicarakan model-model dan pola-pola. Di kursi pemimpin di depan meja lainnya duduklah Faina Silantyevana Fetisova, seorang perempuan dengan tulang-tulang menonjol dan kutil-kutil di lekuk-lekuk pipinya yang empuk; dialah coupeuse tertua dan pembantu Nyonya Gusihar.

Sebatang rokok dalam pipa tulang terjepit antara gigi-gigi kuningnya dan matanya berbiji kuning terpancang di belakang pancaran asap kuning dari hidung dan mulutnya; begitulah ia menulis dalam buku catatan semua ukuran, pesanan, dan alamat para langganan.

Nyonya Guishar tak berpengalaman dalam menjalankan bengkel penjahitan. Ia tidak merasa seperti majikan yang sebenarnya, tapi personilnya jujur dan Fetisova dapat dipercaya. Sungguhpun begitu dalam zaman sesulit ini ia tak berani memikirkan hari depan; kadang-kadang ia disergap kecemasan yang melumpuhkan.

Komarovsky sering datang menemui mereka. Apabila ia lewat bengkel untuk menuju ke tempat kediaman mereka, dikejutkannya para wanita sampai kelabakan, hingga mereka lari ke belakang tirai-tirai serta menghindari lelucon dengan malu-malu; tukang-tukang jahit itupun kesal dan geli dan bergumam; ”Sang pangeran datang.” ”Itu dia penyakit jantung Amalia.” ”Bandot tua.” ”Buaya.”

Yang lebih lagi dibenci orang ialah anjingnya Jack, seekor buldog; kadang-kadang ia dibawa tuannya pada tambang yang ditarik-tarik oleh anjing itu dengan sengitnya, hingga Komarovsky di belakangnya tersandung-sandung dan sempoyongan dengan lengan-lengan terlentang, bagaikan orang buta yang ikut penuntunnya.
Pada suatu musim semi Jack menanam giginya ke kaki Lara serta menyobek kausnya.
”Kuhajar dia, penyakit!” bisik Olya dengan serak ke kuping Lara.
”Itu memang anjing jahanam, tapi bagaimana akalmu?”
”Sst, diam saja! Begini, kau ingat telur-telur paskah dari batu di peti ibumuyang berlaci-laci itu…..?”
”Ya, yang terbikin dari kristal dan pualam itu.”
”Itu dia! Membungkuklah, kubisikkan. Ambillah dan celupkan dalam lemak babi, binatang kotor ini akan melahapnya sampai ia tercekik…….si setan! Nah begitulah, ia akan mampus.”

Lara ketawa dan merasa iri terhadap Olya. Inilah gadis yang bekerja dan miskin. Anak-anak begitu biasanya lekas tua, tapi dia ini lurus dan kekanak-kanakan. Jack dan telur-telur itu, darimana diambilnya gagasan demikian? ”Dan mengapakah,” pikir Lara, ”aku ditakdirkan untuk melihat segala-galanya dan dengan begitu memberati hatiku?”
***