Bugil

Bugil
Simon Carmiggelt

Sulit rasanya mencari cerpen yang cukup pendek untuk dibacakan lewat internet.


Musik
*. Herbie Hancock and Annie Lenox: Hush, Hush, Hush (Paula Cole)
*. Dave Grusin: Milagro

Masalah pertama adalah rentang waktu konsentrasi untuk mendengar atau menonton ternyata -menurut sebuah penelitian untuk kaum dewasa Amerika Serikat-hanya sekitar 22 detik.

Masa 22 detik yang penting bagi seseorang untuk meneruskan mendengar atau menonton. Jika seseorang memutuskan untuk mendengarkan, sebuah penelitian di Denmark menyebut rentang perhatian untuk mendengar itu antara dua hingga empat menit. Jadi setiap dua atau empat menit, orang perlu dikasih jeda atau kejutan jika yang ingin didengarkan lebih panjag dari dua atau empat menit.

Medium utama cerpen di Indonesia adalah koran edisi akhir pekan, yang memiliki batasan panjang karakter. Beberapa penulis yang menerbitkan kumpulan cerpen -tanpa lewat koran- malah lebih panjang lagi. Saya mencoba menghitung dan rata-rata membaca cerpen koran sekitar enam hingga delapan menit.

Masalah kedua adalah ketrampilan membaca atau bertutur. Di zaman saya kecil dulu di Medan asyik rasanya mendengar cuapan ala Melayu dan Bang Dols Barbarosa di TVRI Medan, belakangan ada Butet Kartarejasa dan Landung Simatupang. Mereka para suhu seni bertutur.

Mengkombinasikan kedua masalahnya -sebagai langkah awal menuju radio ceritanet- saya menemukan kumpulan cerpen penulis Belanda, Simon Carmiggelt, yang diterjemahkan oleh Hazil Tanzil dan diterbitkan Djambatan tahun 1982: Humor Sekolom Senyum Dikulum.

Ceritanya pendek namun utuh untuk sebuah kategori cerpen yang menyelesaikan satu tema atau satu peristiwa. Sebagai cerminan kehidupan sehari-hari di Belanda, kisahnya universal: bisa dialami oleh siapa saja di belahan dunia manapun. Juga cukup pendek untuk seorang yang bukan seniman bertutur seperti saya.

Selamat menikmati dan jika Anda ingin membagi cerita juga, kirimkan ke editor@ceritanet.com dalam file .mp3 untuk berbagi bersama.
***