Api Membakar Gereja

Arie MP Tamba
Ia kembali memandangi api itu di dalam mimpinya dan menjadi panik. Bagaimanapun ia harus menemukan cara untuk menyampaikan mimpi itu kepada orang-orang. Tapi anak-anaknya benar-benar tak berperasaan. Mereka memandanginya seperti seorang cacat yang tak berguna. Mereka menanggapinya secara tak serius, seolah ia hanya akan menceritakan sesuatu yang tak penting. Mereka tak menaruh hormat lagi pada usia lanjut; hingga ia pun tak percaya apakah mereka juga akan menghormati misteri mimpi. Dan karena keraguan sesaat menggelapkan benaknya, ia menjadi lupa hendak mengatakan atau menceritakan apa setiap kali berhadapan dengan mereka.
selengkapnya