Meja Dan Peta Benua – Faris Al Faisal
Sebuah meja makan, sebuah peta benua
dihidangkan
menghidupkan makan malam
Kita berlayar ke gelas samudra yang cair
di sela jarak piring dan mangkuk
yang dekat
yang makin erat
pulau-pulau dan nyanyian burung camar
Petualangan kian puitik, ke sudut-sudut laut
yang tak bertepi
memecah debar ombak osean
mencari garis
batas dunia dan cinta
Diam-diam, kita telah sampai ke ujung perjalanan
tak ada yang tertinggal
kecuali sisa remah yang membeku di Antarktika
*** Indramayu, 2020
Di Kantin
Di kantin ini, di kaki-kaki meja
kita menancapkan percakapan yang tak cepat
selesai
setelah biji-biji kopi larut diaduk rindu
disesap seruput-seruput
dan jam dinding miring 45°
Lalu apa yang dibicarakan, lupakan sejenak
setumpuk arsip yang menunggu
kantor yang menjumput dengan belnya
berkas yang tertinggal
kota yang terlampau sibuk
berlari-lari dikejar transportasi online
Sebab di sini segala luka dan duka,
dapat ditertawakan
sampai semaput waktu tergelincir
*** Indramayu, 2020
Kota, Kata, Dan Kekasih
Pada sebuah kota, kutitipkan kata,
dan seorang kekasih
yang kelak namanya kujadikan
alasan
untuk aku kembali
Jangan nyalakan duka di lampu merah
persimpangan tak pernah lengang
di seberang jalan, di halte
bukan ruang tunggu
menuliskan perihnya malam yang larut
Aku
merangkai 3 hal:
1. Pergi karena cinta
2. Menyusun rencana dan kisah
3. Dan pulang ke pelukanmu
Tahun demi tahun, konon kota
telah berubah
kata tersisa pada pamflet yang terbakar matahari
dan kekasih terbingkai jadi lukisan di dinding
apartemen dan bahagia
Aku melihatnya
pesawat membawa kekasih
yang terbang
dan yang perlahan hilang
di atas kota dan kata yang hening
*** Indramayu, 2020
Faris Al Faisal, lahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku ‘Apa dan Siapa Penyair Indonesia’ Yayasan Hari Puisi. Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, dan beragam kejuaraan lain. Tersiar pula puisi-puisinya di surat kabar Indonesia dan Malaysia. Buku puisi keduanya ‘Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian’ sudah diterbitkan Rumah Pustaka (2018). Facebook: farisalfaisal