Seniman Tak Punya Kuasa

Nigel Reynolds

Orang yang paling berkuasa dalam seni bukanlah seniman tapi multi-jutawan yang mengoleksi karya mereka, yang membangun reputasi dengan uang mereka dan membawa kemewahan dan kesejahteraan pada ‘malam pertama’ di galeri seni.

Pernyataan itu –yang mungkin membuat suram orang yang menulisnya– ada dalam daftar 100 orang yang paling berkuasa dalam dunia seni kontemporer yang disusun oleh majalah seni Inggris yang bergengsi, ArtReview.

Charles Saatchi, raja iklan Inggris, berada di urutan pertama, dipuja sebagai tokoh seni yang paling berperngaruh di dunia dan tercatat –dengan menggunakan dompet dan patronnya– menciptakan gerakan Young British Artists, YBAs.

Hanya satu orang seniman saja, yaitu pelukis Jerman Gerhard Richter –pada posisi 4– yang dianggap cukup penting dalam peringkat 20 besar dan hanya 12 pencipta seni dalam daftar itu.

Peringkat lainnya diisi oleh beragam Medicis modern yang tak perlu bisa melukis atau menggambar satu kepingpun namun terkenal sebagai kolektor atau pialang kaya raya, maupun direktur museum serta kurator yang punya pengaruh besar dalam menentukan artis yang boleh berpameran di galeri-galeri utama dunia ; yang menentukan siapa yang ‘masuk’ dan siapa yang ‘keluar.’

Peringkat dua dalam daftar adalah pengusaha Perancis FranCois Pinault –yang menumpuk kekayaan dari pusat pertokoan di Perancis– yang membeli Christie’s pada tahun 1998 seharga 721 juta Poundsterling dan punya koleksi pribadi lukisan abad ke 20yang amat banyak. Di peringkat ketiga adalah Ronald Lauder, yang diperkirakan memiliki kekayaan 2,5 milyar Pounsdterling dan merupakan pewaris Estee Lauder, yang juga menjabat Direktur Museum of Modern Art in New York.

Sir Nicholas Serota, yang membangun dan meresmikan Tate Modern di London, berada di posisi 6 bersaing dengan para pengusaha seperti Alfred Taubman, mantan Direktur Sotheby yang kini di penjara karena bersalah mengatur harga, maupun Paul Allen, rekan pendiri Microsoft, serta Michael Bloomberg, walikota New York, bersama-sama dengan tokoh lain seperti Baroness of Thyssen Bornemisza, yaitu Si Newhouse, yang menerbitkan Vogue dan Isabella Blow, ratu mode.

Walaupun jumlah artis tidak banyak dalam daftar tersebut, prestasi Inggris cukup baik dengan Tracy Emin di urutan 41, atau di atas David Hockney pada posisi 47 dan Damien Hirst di posisi 62.

Pelukis Inggris yang terkenal, Lucian Freud, yang menurut para pendukungnya merupakan pelukis terbaik dunia, tak masuk dalam daftar.

Bagaimanapun maestro Australia, Rolf Harris, dengan tertatih-tatih masuk dalam peringkat 100 –tampaknya karena dia berhasil menarik enam juta penonton lebih untuk acara seni kelilingnya di TV Inggris.

ArtReview, yang akan merayakan ulang tahun ke 50 mempertahankan pilihan kontroversial mereka. Editornya, Meredith Etherington-Smith, mengatakan tidak ada seniman, yang sehebat apapun, yang bisa masuk dalam daftar lapisan atas tanpa patron yang berpengaruh.

“Seniman bisa hebat tapi tidak akan ada yang menyaksikan karyanya kecuali dia punya koneksi orang kaya atau orang yang berpengaruh. Tak diperdulikan dan tidak dilihat, itulah tragedi terbesar bagi seorang seniman, iya kan?” kata Meredith.

Ossian Ward, wakil editor ArtReview mengatakan bahwa Saatchi terkenal dengan membeli seluruh isi pameran para seniman muda untuk kemudian memasarkannya lewat pamerannya sendiri , seperti Sensation atau Apocalypse di Royal Academy Inggris. “Jika ia tidak membeli karya itu, maka mungkin tidak akan ada pameran YBAs sama sekali. Kekuasaan yang ia miliki. Akhirnya, tanpa uang maka tidak akan ada seniman terkenal.”

Dan Meredith membela para kolektor seperti Saatchi. “Mereka memang ingin menghasilkan uang namun kolektor terbaik juga melihat seniman dengan seksama. Saatchi bukan sekedar muncul di galeri dan mengeluarkan buku cek. Ia berpikir dengan seksama tentang apa yang akan ia beli, berbicara langsung dengan senimannya dan mendukung mereka. Dia bukan manipulator pasar yang sekedar mencari uang. Dia jelas punya selera yang amat baik dan dia maniak. Ada hasratnya yang.”

ArtReview mengaku menyusun dafatar itu lewat konsultasi dengan pengamat seni, pialang, dan para ahli dari seluruh dunia. Ossian Ward mengatakan; “Kami hanya berbicara tentang kekuasaan yang dimiliki sekarang ini. Kalau kita bikin daftar ini di Renaissance Florence, maka Medicis jauh lebih penting dari Michelangelo. Namun belakangan Michelangelo yang diingat dan memang begitulah seharusnya. Tapi ini juga membuktikan bahwa Medicis itu benar dengan menjadi patronnya. Kami jelas tidak mengatakan bahwa seniman tidak penting. Tapi orang harus mengakui bahwa kekuasaan dan selera yang dipunya para pialang, kolektor, dan direktur museum yang menentukan apa yang dilihat khalayak umum dan merekalah yang menciptakan pasar dan gerakan. Mereka bisa mengubah nasib beragam seniman.”
***
Dari The Daily Telegraph, 2 Desember 2002