Pangeran Jawa Atawa Jagger Melayu 13 – Bramantyo Prijosusilo

Hal lain yang dicatat oleh Jagger, adalah bantuan sosial yang diberikan pemerintah kepada penduduk yang tidak berpenghasilan. Belum tiga hari berada di London, Elaine sudah mengajaknya ke kantor dinas sosial untuk mendaftarkan diri sebagai keluarga tidak yang punya pekerjaan. Sambil menggendong Sanca di dalam selendang batik Jogja yang dibeli di pasar Beringharjo, Jogja, Jagger menemani Elaine naik bus kota.

Kantor dinas sosial tersebut berada di lantai dasar sebuah gedung yang kurang terawat. Arsitekturnya bukan gaya kuna, melainkan kotak-kotak praktis dari beton tahun 1960-an dan cat didingnya sudah pada mengelupas. Dua lapis pintu kaca harus dilewati, lalu orang harus mengambil tiket antrian pada sebuah mesin self-service yang dijaga seorang satpam kulit hitam bergigi emas, berseragam putih-hitam. Inilah pertama kalinya ia melihat kombinasi warna hitam, putih, emas, dan kombinasi itu indah nian walau sekaligus agak menakutkan.

Di dalam gedung, pengap berbau keringat dan nafas manusia, pertanda tempat itu sering dipakai berkumpul orang-orang miskin. Ruangan luas, penuh dengan bangku-bangku pelayanan, ditekan oleh langit-langit yang rendah. Lantai dilapisi karpet biru yang sudah uzur, dan di atas karpet itu diatur kursi-kursi tunggu dan meja-meja yang diutunggui oleh pegawai-pegawai. Banyak di antara mereka tampak belum mandi, belum menyisir rambut. Di atas setiap meja terdapat kode digital, huruf dan nomor yang menyala, yang harus dicocokkan dan dipatuhi warga yang mengurus bantuan. Artinya: mengisi berlembar-lembar formulir, wawancara, dan datang lagi setiap dua minggu untuk melaporkan perkembangan usaha mencari pekerjaan.

Ternyata tidak seperti yang dibayangkan di Jogja, menerima bantuan tunjangan orang miskin itu bukannya enak melulu. Urusan itu juga sebaliknya, merepotkan, menghinakan, dan mengecilkan orang. Jumlah uang yang diberikan hanya mencukupi sekedarnya dan banyak orang yang terjerat di dalam sistem bantuan, bertahun-tahun tak mampu bangkit dan hidup layak Apalagi yang kecanduan alkohol, akhirnya menggelandang. Banyak yang mati tercekik muntah sendiri.
***
bersambung
-. draft novel Pangeran Jawa Atawa Jagger Melayu
menerima usul, saran dan kecaman ke Bramantyo Prijosusilo