Penulis edisi 228

Syamsul Huda M Suhari anggota Aliansi Jurnalis Independen, AJI, di Gorontalo dan kini merupakan mantan jurnalis LKBN Antara setelah mengundurkan diri karena sistem kerja yang merusak kemandirian jurnalistik.

Syam Asinar Radjam pegiat lingkungan yang menulis puisi, cerpen, serta novelet dengan tema lingkungan dan kini bertani.

Ajip Rosidi (lahir 1938) pertama kali pindah ke Jakarta tahun 1951 ketika mau melanjutkan sekolah menengahnya, belajar menulis dan memilih kesusastraan sebagai pilihan hidupnya di sana, memimpin majalah Suluh Peladjar (1953-1955), Prosa (1955) dan Budaja Djaja (sejak 1968). Pernah memimpin Madjalah Sunda (1965-1967) di Bandung. Sejak 1971 memimpin Badan Penerbit Pustaka Jaya, Yayasan Jaya Raya. Menerbitkan sejumlah kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, kumpulan esei, telaah mengenai kesusastraan Indonesia dan Sunda. Sampai sekarang telah menerbitkan lebih dari 35 judul buku, baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda.

Toto Sudarto Bachtiar (lahir 1929) Mendapat hadiah sastra nasional pada tahun 1955-1956 untuk puisi. Sajak-sajaknya dibukukan dalam Suara(1956) dan Etsa (1958). Ia ada juga menulis esai dan karangan-karangan lain tetapi lebih terkenal sebagai penterjemah. Ia menterjemahkan Ernest Hemingway, Anton Chekov, William Saroyan, Maria Rilke, J . Slauerhoff, Ryonosuke Akutagawa, dan lain-lain. Beberapa cerita pendek terjemahannya telah terbit dengan judul Bunglon (1964). Ia terkenal karena sajaknya Ibukota Senja tentang Jakarta, yang ditulisnya tahun 1951. Meskipun ia kini tidak lagi tinggal di Jakarta, tetapi kota yang selalu dinyanyikannya dalam sajak-sajaknya adalah Jakarta, di mana ia pernah tinggal beberapa tahun lamanya.  
__________________________________