Seribu Ayam untuk Tuhan

Imron Supriyadi Fajar baru menyingsing. Matahari belum menyembul dari persembunyian, seakan tak kuasa melawan mendung yang redup pagi itu, beda dengan embun tipis yang menyelinap di antara lapisan ozon yang turun ke bumi. Dengan lembut, titik embun merasuk ke setiap pori-pori mahluk Tuhan. Memasuki lobang hidung langsung ke paru-paru. Sesaat berada dalam denyut nadi sebelum […]

MORE
Penulis edisi 214

Imron Supriyadi tamatan Fakultas Usuhuluddin Jurusan Dakwah, IAIN Raden Fatah Palembang dan menjadi jurnalis sejak tahun 1995. Bukunya berjudul Revolusi Hati untuk Negeri akan segera terbit. Ajip Rosidi (lahir 1938) pertama kali pindah ke Jakarta tahun 1951 ketika mau melanjutkan sekolah menengahnya, belajar menulis dan memilih kesusastraan sebagai pilihan hidupnya di sana, memimpin majalah Suluh […]

MORE
Sindang Laut

Ajip Rosidi (1955) Djakarta Dalam Puisi Indonesia Bulan ngambang di laut dan pecah di pucuk ombakBulan mengaca di nafas malam, redup lampu kapalDeru yang menderu berkejaran di kesepian pantaiDeru dari diri lebih dalam irama mimpi. DiajaknyaKita datang dan membikin mimpi atas mimpi. Kita diam dan mimpi makin dalam merasuk malam. Tak adalelaki yang cukup setia […]

MORE
Sampur

Sugiarta Sriwibawa (1956) Djakarta Dalam Puisi Indonesia Wahai dunia kenang berkatalahpulas terbaring dalam sedekap tangankuAkan menitis, sealun lagu di lunglai rambutkuRenyap berdenyut, betapa kuangguk tahu Telah kubantah upah iman dengan curigaSekilas durjana dan pasi wajahku terjamahMeleleh peluh kutunggu mahkamahKata-kata dalam ketuk terjaga Akupun maklum, dan kucoba senyumKabur karena tanah-tanah ayunan kuburTelapak-telapak gemersik dan mungkin mereka […]

MORE