Ke Barat Kepada Bunga

Pak, mari kita pergi ke barat yang adalah timur juga. Ke barat mengejar matahari terbenam. Tetapi, janganlah sampai ke ujung barat karena di perempatan kita harus ke kiri memetik setangkai bunga. Setangkai Bunga Ridna. Bunga yang kata orang-orang seperti datang dari korea. Sayang,  bunga korea itu mulai layu karena ulah orang dungu sepertiku. Pak sebelum sungguh-sungguh layu, biarkan aku membawakan sepoi dan derai gerimis karena bunga itu suka titik-titik gerimis. Ia pun suka membangun gerimis di keresahannya yang terbenam seiring riuh kata-kata yang memburat dari ujung  bibirnya. Sudah semestinya kita berlomba dengan badai yang akan memporak-porandakan. Tapi, badai itu hanya rajutan keresahan yang dibangun dari orang-orang dungu sepertiku. Dungu tahun baru yang menolak setuju berjejalan di sepanjang jembatan  code dan menolak menerawang liuk-liuk kereta api yang berkejaran dengan pesta kembang api.Entah mengapa harus secepat ini kita buru-buru ke barat. Mungkin karena orang-orang dungu telah menjadi kelu pada seribu tombak yang siap menerkam dengan ujung jari-jarinya. Juga kilau berkelebatan di dalam gelap dan mimpi menjelang pagi seiring galau yang kian memanjang.
Komunitas Merapi di Ujung Sore, 030107