Kupanggil Namamu – Idrus F Shahab
Ndah*,
Menjelang isya,
masih kudengar suaramu di meja makan
membaca yasin dalam redup bohlam 10 watt
sebuah qur’an tua
seorang lelaki yang telah tiada,
empat anak yang tengah mencari bahagia
Ndah,
di matamu yang dalam
terpeta sebuah siklus
subuh, lohor, dan asar
milik pedagang di Pasar Kembang
magrib, isya, dan subuh
saat menunggu
tangga yang terjulur dari langit
Ndah,
entah malam apa ini,
15 tahun lebih setelah kepergian itu
masih kudengar suaramu di meja makan
membaca yasin dalam redup bohlam 10 watt
***
*panggilan untuk seorang nenek
Laron
Ayah,
Di malam sehitam jelaga ini
Biar kutegakkan tangga
siapa tahu di sana ada kehidupan tak terhingga
Manis tak berujung pahit
Muda tak beranjak tua
Hidup tak berakhir mati
Nak, suara sang ayah bergetar
Kau mencari cinta
dengan kunang-kunang di kedua mata
Malam pengantin, tetes cuka di atas luka
Kau bukan apa yang kau cari, katanya.
Air asin bukan pemuas dahaga
Di bawah gerimis malam yang lirih,
dua sejoli berjalan beriringan,
Mencari arti, masing-masing punya cerita sendiri
tentang laron yang selalu mati mengejar api.
***
Idrus F Shahab, wartawan-penulis, tinggal di Jakarta. Beberapa tahun terakhir banyak menulis puisi. Sejumlah karyanya bisa dibaca di akun Idrus Shahab di Facebook.