Zinnia Elegans – Lailatul Kiptiyah

kumasukkan tiga butir benih
ke rongga tanah
yang hitam bersih

di hari ke tujuh
benih-benih pecah
membuka pori-pori tanah

kuteguhkan diri merawatmu
dengan kasih sayang penuh
kuatkan batangmu
kibarkan daunmu

agar waktu membuka
dirinya lebih lapang
menjadi batang, menjadi tangan
menopang pucuk-pucukmu kembang
***


Ampenan, Maret – November 2020

Menanam serai dalam pot

aku tangan yang menumbuhkan luka
merambat menembus pintumu
rumah dengan denyut hidup
kamar-kamar sabar dan longgar menampungku
***

Ampenan, Januari 2020

Berhutang pada penyair

Inggit Putria Marga-

barangkali dari kita ada yang serupa
malam menonton film, membaca buku
paginya ke pasar, meramu bumbu
menyapu, merawat baju-baju,
sepatu-sepatu

siangnnya menyuapi anak, menidurkannya
meringkas berpuluh ragam mainan
di kasur, lantai, meja
menyatukan kembali ke wadahnya

menyulap piring, cangkir, sendok, garpu
pisau kotor kembali secerlang baru

setelahnya duduk menghadap meja dapur
menyeruput keras-keras
secangkir teh jasmine panas

sambil menghubungi seseorang
lewat aplikasi messenger
menyapanya ramah untuk kemudian
lega atas kesediaannya tanpa berbelit
memberikan catatan kecil
pada buku yang akan terbit

duh penyair, padamu kiranya aku berhutang
menulis puisi
menangkis kesedihan panjang
***


Ampenan, Oktober 2019

Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar, Jawa Timur. Buku kumpulan puisi pertamanya ‘Perginya Seekor Burung’ (April, 2020). Saat ini waktu luangnya kerap dipergunakan untuk mempelajari jenis-jenis tanaman. Bermukim di Ampenan dan menjadi bagian keluarga dari komunitas Akarpohon Mataram, NTB.